Tari Angguk merupakan tari khas Kalurahan Hargomulyo. Di beberapa wilayah di Kulon Progo, tari ini diperagakan perempuan, tetapi di Desa Wisata Hargomulyo tari ini juga diperagakan oleh penari laki - laki, dengan iringan bedug, rebana, kendang, dan marakas.
Di sini wisatawan dapat juga merasakan edukasi Tari Angguk dengan mengenakan kostumnya langsung.
Dirangkum dalam berbagai sumber, Kesenian Angguk diyakini muncul diseputar tahun 1900. Dimana idenya berasal dari pesta dansa para tentara dan opsir Belanda. Mereka berdansa sambil bernyanyi-nyanyi waktu menduduki wilayah kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Maka di Kulon Progo yang mula-mula muncul kesenian Angguk adalah di daerah yang berbatasan langsung dengan Purworejo, Jawa Tengah yaitu Kapanewon Kokap, khususnya Kalurahan Hargomulyo.
Kesenian Angguk sebagai kesenian rakyat mengandung nilai-nilai filosofi diantaranya :
Seni Angguk lahir di Kulon Progo dimana masyarakatnya sebagian besar menggantungkan hidup dari hasil bertani (masyarakat agraris). Pelaku adat masyarakat pertanian masih sangat kental sejak kemunculannya hingga kini, yaitu sebelum menyelenggarakan pertunjukan Angguk selalu memohon keselamatan kepada Tuhan YME memalui simbol-simbol sesaji khas masyarakat pertanian. Setiap pementasan pasti dimulai dengan mengucapkan doa. Sedangkan perlengkapan sesaji terdiri dari jenang abang dan jenang putih, nasi tumpeng, golong, pisang raja, kinang, bunga melati, bunga mawar, air kendi, klowoan berisi air dan telur, lawe, minyak wangi, daun dadap srep, jaunr kuning dan kelapa muda.