Dua ekor ayam ingkung, tumpengan dari nasi uduk, dan buah pisang raja tertata rapi di depan para penari Sholawat Jawi Emprak. Ini menjadi bagian dari kelengkapan Sholawat Jawi Emprak, di mana masing-masing makanan yang disajikan punya arti mendalam. Alunan musik berasal dari kendang, kempul, gong, dan lainnya. Para penembang Emprak berkostum Jawa, lengkap dengan blangkon dan jarik membuka dengan selawat pendek Allahumma Shalli Wa Sallim Wa Barik Wasalim. Lalu dijawab Shollu Alaih. Kemudian tembang Yo Sayyid mulai dilantunkan. Sepenggal liriknya berbunyi Yo sayyid, utusan ingsun. Acekelen dhawuh mami. Sun tan utus sopo-sopo. Amungno Siro Pribadi.
Setelah tembang dimulai, para penari dalam posisi duduk dan tangan terkatup mulai menggerakkan badannya dengan gemulai. Emprak sendiri berasal dari kata nglemprak yang dalam bahasa Jawa artinya adalah duduk. Sehingga semua gerakan tari Sholawat Jawi Emprak dilakukan dalam posisi duduk. Semua gerakannya dilakukan dengan tempo pelan. Penari terdiri dari empat orang yang semuanya laki-laki.
Kemudian tembang kedua berjudul Asung Salam. Asung, kata mbah Kadi, bisa diartikan memberi dan meminta. Selanjutnya adalah tembang Montro-Montro. Alon-Alon menjadi tembang penutup dari Sholawat Jawi Emprak. Sebagian liriknya berbunyi Alon-alon lumakumu ndak kesandung. Yen kesandung, yen kesandung. Badan alus mandhek mayong. Gusti Allah nyuwun ngapuro. Arti dari tembang Alon-Alon menurutnya adalah mengajak agar dalam menjalankan pekerjaan dan kewajiban lainnya dilakukan dengan pelan-pelan, agar tidak tersandung.
Sholawat Emprak sudah ada sejak zaman Sultan Agung. Namun dulu masih dalam bahasa Arab dan diberi nama Sholawat Maulid, dilantunkan saat sekatenan. Pada tahun 1926 teks Emprak bahasa Arab ini dijawakan dalam bentuk pegon. Kemudian untuk memudahkan dibuat dengan bahasa latin oleh Pondok Kaliopak sekitar 2011. Sholawat Jawi Emprak sempat punah saat Gerakan 30 September (Gestapu) tahun 1965. Kemudian muncul lagi pada tahun 2011 di Pondok Pesantren Budaya Kaliopak ini. Saat ini anggota Emprak di Kaliopak sekitar 30-an orang. Dulu penari Emprak yang klasik ini tidak hanya laki-laki saja, namun ada perempuannya juga. Emprak sendiri bisa dipentaskan saat ada kelahiran, pernikahan, untuk memberikan hiburan. Ini menjadi salah satu atraksi wisata yang dapat dinikmati ketika tengah berkunjung di Dewi Mulia Srimulyo.