Kampung Wisata Dipowinatan pertama kali diresmikan pada tanggal 4 November 2006 oleh para pejabat dari instansi terkait di pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Persemian Kampung Wisata Dipowinatan juga dihadiri oleh para tamu dari negara lain seperti dari Republik Ceko, Slowakia, Columbia serta mantan Gubernur Jawa Tengah, Bapak Mardiyanto. Menurut sumber penelitian yang ada, Kampung Wisata Dipowinatan dibuat untuk menjawab persoalan kejenuhan publik dalam menikmati pariwisata yang berhubungan dengan alam (pantai, gunung), keraton, atau pusat-pusat perbelanjaan.
Kampung Wisata Dipowinatan lebih populer disebut dengan DIPOWISATA yang sekarang sering disebut KAMWIS DIPOWINATAN yang dibagi menjadi tiga kluster wilayah, yaitu Kluster Kuliner di Kampung Kaparakan Lor, Kluster Kerajanin di Kampung Keparakan Kidul, dan Kluster seni budaya di Kampung Pujokusuman. Sedang “Dipowisata” sendiri disebut sebagai kawasan inti. Dalam pengelolaannya, Kampung Wisata Dipowinatan dahulu dimenejerial oleh Purawisata yang mengelola objek wisata sehingga memiliki daya tarik dan keunggulan. Keunggulan itu meliputi atraksi seni dan budaya Sendratari Ramayana Ballet dan Resto. Dalam implementasinya, Kampung Wisata Dipowinatan telah melakukan kerjasama dengan kampung-kampung sekitar untuk menyediakan paket jamuan makan malam dan menyaksikan Sendratari Ramayana Ballet. Perlu digarisbawahi, Kampung Wisata Dipowinatan adalah kampung wisata sosial dan urban yang mengunggulkan potensi kehidupan sosial masyarakat sehari-hari dan budaya serta tradisi yang ada untuk terus berkembang.
Dalam hal lokasi dan geografis, Kampung Wisata Dipowinatan berada sekitar 1 kilometer dari Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta dengan waktu tempuh 5 menit; berjarak 600 meter dari objek wisata keraton kesultanan Yogyakarta dengan waktu tempuh 3 menit. Sedangkan dari pusat Pemerintah, jarak tempuhnya adalah 0,3 km dari pusat pemerintahan kecamatan; 1 km dari pusat pemerintahan kota; dan 1,5 km dari ibu kota provinsi. Lokasi Kampung Wisata Dipowinatan yang tidak terlalu jauh memungkinkan wisatawan yang mampir ke pusat Kota Yogyakarta untuk singgah pula ke Kampung Wisata Dipowinatan. Jaraknya yang relatif dekat sangat memudahkan wisatawan untuk menjangkaunya dengan berjalan kaki.
Sementara itu, lokasi Kampung Wisata Dipowinatan dinilai memiliki luas sekitar 0,53 km2 yang terdiri dari 13 Rukun Warga (RW) dan 58 Rukun Tetangga (RT). Kampung Wisata Dipowinatan juga memiliki batas-batas tertentu, seperti di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Prawirodirjan, Kecamatan Gondokusuman; sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Brontokusuman; sebelah barat berbatasan dengan Keluraham Panembahan, Kecamatan Kraton; sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Wirogunan.
Kampung wisata Dipowinatan selain menjadikan wisatawan mencanegara sebagai segmen utama namun juga menyediakan program untuk wisatawan domestic yang berminat mengunjungi kampung wisata Dipowinatan. Program tersebut dinamakan “SEGO KETAN” (Sesarengan Golek Ilmu lan Keterampilan ing Dipowinatan) yang artinya secara bersama sama mencari ilmu dan keterampilan di Dipowinatan. Adapun output dari program tersebut diharapkan mereka yang masuk ke Kampung Wisata Dipowinatan maka ketika keluar akan menjadi orang yang lebih berbudaya. Program tersebut secara khusus juga merupakan bentuk penawaran kerjasama pada perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya terkait dengan program masa orientasi mahasiswa baru dalam jumlah besar dan banyak yang berasal dari luar daerah dan luar jawa. Dengan diikutkannya para mahasiswa baru dalam program Sego Ketan di kampung wisata Dipowinatan maka diharapkan para mahasiswa baru terutama yang berasal dari luar daerah nantinya akan semakin lebih mengenal budaya dan tradisi masyarakat Yogyakarta sehingga akan banyak membenatu mereka dalam bersosialisasi ketika mereka berlama lama tinggal di Yogyakarta selama menuntut ilmu. Dengan demikian mereka akan mudah diterima oleh lingkungan sosial yang baru sehingga mereka akan memperoleh suasana nyaman dan dapat mendukung proses study selama di Yogyakarta dan sekaligus memperoleh kenangan indah dari Yogyakarta.
Selain kehidupan sosial masyarakat sehari hari maupun budaya dan tradisi yang menjadi daya tarik unggulan Kampung wisata Dipowinatan juga memiliki supporting dengan adanya bangunan cagar budaya (BCB) berupa bangunan rumah arsitektur jawa yaitu pendopo Dalem Dipowinatan yang kini dijadikan kantor balai pelestarian nilai budaya (BPNB) yang terletak di Jl. Brigjen Katamso. Dari nama beliau itu pula daerah yang dahulu dikenal dengan nama kintelan selanjutnya dinamakan Kampung Dipowinatan hingga sekarang. Dalam perjalanan waktu selanjutnya Dalem Pendopo Dipowinatan ditempati oleh salah seorang menantu Kraton Kasultanan Yogyakarta yaitu KRT. Djoyodipuro yang juga merupakan seniman serba bisa terutama keahliannya dalam bidang arsitektur maka selanjutnya Dalem tersebut hingga sekarang lebih dikenal dengan nama Dalem Djoyodipuran. Adanya peristiwa sejarah secara nasional yang pernah terjadi di pendopo Dalem Djoyodipuran adalah pelaksanaan konggres perempuan Indonesia pertama dan disana pula presiden IR. Soekarno juga menyampaikan pidatonya.
Potensi unggulan lain yang dimiliki kampung wisata Dipowinatan adalah kepemilikan Bregodo keprajuritan yang diberi nama Bregodo Dipo Satrio. Keberadaan bregodo dipo satrio fungsi utamanya adalah untuk mendukung acara kalener event tahunan upacara adat merti golong gilig serta untuk upacara penyambutan tamu group yang berkunjung ke kampung wisata Dipowinatan. Dalam perkembangannya keberadaan bregodo dipo satrio ternyata memiliki peran strategis dalam rangka pemberdayaan masyarakat secara ekonomis. Kelompok bregodo dipo satrio kini banyak menerima permintaan atau job untuk performance dalam berbagai acara diantaranya performance dalam acara pernikahan, untuk menyemarakan acara launching produk dan pembukaan kantor usaha baru serta berbagai acara seremonial lain yang bernuansa budaya dan tradisi.
Penguatan jejaring dan kerjasama kemitraan kampung wisata Dipowinatan dalam rangka pengembangannya banyak melakukan langkah strategis terkait dengan penguatan produk maupun promosinya. Kerjasama kemitraan yang sudah dilakukan hingga saat ini antara lain dengan ASITA, HPI, PHRI, PUSPAR, UGM, JTTC UGM serta beberapa perguruan tinggi lain misalnya UMY kerkait dengan pelatihan penguasaan bahasa ingggris dan ISI Yogyakarta terkait dengan penguatan produk atraksi seni pertunjukan dan kerajinan. Bahkan kampung wisata Dipowinatan merupakan satu satunya kampung wisata di kota Yogyakarta yang telah mampu menjalin kerjasama kemitraan dengan kedutaan besar Negara asing yaitu Negara republic Ceko sehingga kampung wisata Dipowinatan akhirnya secara resmi ditetapkan sebagai Cesky Dum atau Rumah Ceko yang artinya sebagai meeting point atau tempat bertemunya warga ceko yang sedang berkunjung ke Indonesia dan khususnya ke Yogyakarta. Dengan adanya kerjasama tersebut akhirnya wisatawan dari Negara republic Ceko hingga saat ini menjadi pangsa pasar tetap bagi kampung wisata Dipowinatan.
Secara rutin wisatawan dari republic Ceko cukup banyak yang berkunjung ke kampung wisata Dipowinatan yang jumlahnya rata rata mencapai 600 orang pertahunnya. Adapun salah satu strategi pemasaran yang dilakukan oleh kampung wisata Dipowinatan adalah melakukan komunikasi pasca kunjungan terhadap wisatawan yang pernah berkunjung degan menggunakan basis technologi informasi. Dari program tersebut diharapkan akan terjadi kunjungan ulang dan terjadi penguatan repeater atau transformasi informasi secara berantai dikalangan mereka para wisatawan yang pernah berkunjung dan memberikan rekomendasi bagi teman, saudara dan kenalannya untuk supaya berkunjung ke kampung wisata Dipowinatan. Guna mendukung program tersebut kemudian dibentuklah team kerja data dan informasi dengan kapasitas SDM yang memadai.
Kalender Event Budaya Tahunan
Dalam rangka penguatan daya tarik kampung wisata Dipowinatan diselenggrakanlah secara rutin sebuha upacara adat dan tradisi yang dinamakan merti golong gilig. Upacara adat dan tradisi merti golong gilig memiliki makna dan nilai filosofis dalam rangka memperbaharui semangat warga dan menyatukan niat untuk manunggal dalam karsa, cipta, dan karya untuk menjalani kehidupan sehari hari dan membangun kampung menjadi sebuah lingkunagn yang nyaman untuk menjalani kehidupan sehari hari bagi warga yang tinggal didalamnya. Upacara adat merti golong gilig dilaksanakan masyarakat setiap tanggal 18 agustus mulai siang hari hingga menjelang maghrib. Prosesi upacara adat dan tradisi merti golong gilig diawali denagn arak arakan tokoh masyarakat dengan membawa ikatan lidi menuju titik pusat dilaksanakannya upacara merti golong gilig dengan dikawal oleh anggota bregodo dipo satrio.
Setelah sampai ditempat upacara dimulailah prosesi golong gilig dengan mengumpulkan lidi yang dibawa oleh tokoh masyarakat pada suatu tempat kemudian dilaksanakan prosesi mngikat lidi dengan benang lawe dan kain cinde, yang artinya menyatukan diri sebagai warga kampung Dipowinatan dan manunggal golong gilig dalam karsa, cipta dan karya. Selanjutnya lidi diikat dengan menggunakan kain warna merah dan putih oleh lurah dan camat setempat dan diakhiri dengan manancapkan sang saka dwi warna atau bendera merah putih oleh walikota atau yang mewakili sebagai symbol kehadiran pemerintah dalam mendukung niat baik warga kampung Dipowinatan.
Selanjutnya dilakukan pembacaan ikrar golong gilig yang dibacakan oleh tokoh masyarakat setempat yaitu ketua PWD (Paguyuban Warga Dipowinatan) dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah prosesi golong gilig selesai dilanjutkan kirab budaya dengan mengarak gunungan golong gilig yang terbuat dari bahan produk makanan khas Dipowinatan yaitu bakpao dan arem arem. Gunungan diarak keliling kampung yang diikuti oleh segenap peserta uapacara dan dikawal oleh bregodo keprajuritan dipo satrio. Setelah kirab selesai dan tiba kembali dititik pusat upacara selanjutnya gunungan bakpao dan arem arem diperebutkan atau dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir dalam upacara tersebut.
Untuk mengungkapkan rasa syukur dan ungkapan kegembiraan selanjutnya dilaksanakan pesta rakyat. Seluruh warga kampung dan masyarakat umum yang hadir dalam upacara tersebut bebas dan gratis menikmati aneka macam makanan dan minuman yang disediakan oleh warga kampung Dipowinatan. Sedangkan menu utama dan yang sekaligus menu khusus terkait upacara adat dan tradisi merti golong gilig maka selalu disajikan menu sayur lodeh kluwih yang secara filosofis dan sekaligus sebuah doa dan harapan agar warga kampung Dipowinatan menjadi warga yang linuwih dalam menjaga dan mewujudkan sebuah kehidupan yang guyub rukun, bersatu dalam kebersamaan sebagai sesame warga kampung Dipowinatan dalam menjalankan kehidupan sehari hari dari wkatu kewaktu dan selalu diperbaharui semangatnya setiap tahun.
Dalam pengembangannya kampung wistaa Dipowinatan juga telah dikembangkan fasilitas pendukung akomodasi yaitu pengelolaan homestay atau rumah live in. hingga saat ini dikampung wisata Dipowinatan terdapat tiga homestay yaitu gubug java homestay cesky dum dan homestay suladi. Jumlah kamar yang etrsedia mencapai 12 kamar. Dalam kondisi tertentu jika ada lebutuhan kamar lebih dari 12 kamar maka beberapa rumah warga sudah disiapkan sebagai cadangan dan tentu saja dipilih rumah yang memenuhi syarat sesuai peruntukan rumah live in.
Kampung wista Dipowinatan juga memiliki produk kuliner yang sudah menjadi ikon kampung Dipowinatan yaitu bakpao dan arem arem. Dua jenis makanan tersebut sedah menjadi bagian dari upacara adat dan tradisi merti golong gilig. Gunungan bakapo dan arem arem menjadi syarat utama dalam upacara adat dan tradisi merti golong gilig. Karena bakpao dan arem arem banyak diproduksi oleh warga kampung Dipowinatan. Adapun jenis produk lain yang yang ada dikampung wisata Dipowinatan dan sudah sangat popular sejak puluhan tahun yang lalu yaitu produksi jamu lugu murni dan jamu cekok kerkop.